Kamis, 10 Januari 2008

Belajar jadi orang tua.

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh cerdas, menjadi orang tua bukan sesuatu yang langsung jadi tapi berarti menjalani proses tumbuh kembang sejalan dengan tumbuh kembang anak, tidak terasa ketika anak belajar menjadi anak, orang tua belajar jadi orang tua. Ahli-ahli psikologi membelah kecerdasan dalam beberapa dimensi.

  • Kecerdasan musikal.
  • Kecerdasan gerak tubuh.
  • Kecerdasan visual spatial/bangun ruang.
  • Kecerdasan logika matematika.
  • Kecerdasan linguistik/bahasa.
  • Kecerdasan Intrapersonal/memahami diri sendiri.
  • Kecerdasan interpersonal/memahami orang lain.
  • Kecerdasan naturalis/memahami alam sekitar.
  • Kecerdasan spiritual.

Jaman saya anak-anak, orang tua/sekolah lebih menghargai dan lebih fokus mengembangkan kecerdasan anak pada dimensi-dimensi tertentu saja seperti matematika, linguistik dan gerak tubuh, saya pikir-pikir karena ada motif ekonomi disitu. Anak-anak yang kurang cerdas pada dimensi-dimensi populer tersebut sering dianggap bodoh, mudah-mudahan tidak terulang di jaman anak saya.

Saya percaya setiap anak dilahirkan dengan potensi kecerdasannya masing-masing. Mungkin salah satu pelajaran penting bagi orang tua pemula seperti saya adalah menemukan potensi kecerdasannya itu, tetapi bukan berarti lalu dimensi yang lain jadi tidak dikembangkan. Sampai sekarang saya masih gamang menentukan bentuk pendidikan terbaik yang bisa diberikan ke anak-anak, tetapi idealnya saya ingin semua dimensi kecerdasan diatas bisa tumbuh optimal. Mungkin kalau saya seorang ahli matematika, saya akan berusaha mencari titik optimum dari atribut-atribut kecerdasan yang melekat pada anak-anak.

Sebagai pemula saya belajar bahwa merasa aman dan nyaman, nutrisi yang baik dan cinta yang melimpah adalah kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak. Baru itu saja yang saya tahu.